Novi: “Bu, mau beli minyak. Seliter berapa?”
Penjual: “Seliter sekarang Rp20.000.”
Novi: “Wah, kok lebih mahal, Bu, biasanya Rp15.000.”
Penjual: (dalam hati) “Minyak lagi susah, malah nawar. Ya, sudah, Rp18.000 saja, Neng.”
Novi: “Kalau gitu saya beli 2 liter, Bu .”
---
Pasti kamu pernah ‘kan berada di situasi di saat kamu harus membuat keputusan dengan lawan bicara untuk menemukan kata sepakat? Contohnya adalah percakapan antara Novi dan ibu penjual minyak goreng di atas. Nah, kegiatan tadi disebut dengan negosiasi.
Nggak cuman itu, di kegiatan sehari-hari kamu juga pasti sering bernegosiasi atau melakukan tawar-menawar. Misalnya, saat kamu bernegosiasi dengan orang tua saat ingin pergi ke luar atau dengan guru saat harus mengumpulkan tugas.
Sebenarnya, apa sih negosiasi itu? Lalu, seperti apa contoh dari teks negosiasi? Yuk, simak penjelasannya terkait pengertian, jenis-jenis, kaidah kebahasaan, dan unsur-unsur teks negosiasi berikut.
Pengertian Teks Negosiasi
Negosiasi menurut KBBI adalah proses tawar-menawar dengan jalan berunding untuk mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dan pihak (kelompok atau organisasi) yang lain.
Jadi, apa itu teks negosiasi? Teks negosiasi adalah teks yang memuat bentuk interaksi sosial dan berfungsi untuk mencari kesepakatan atau penyelesaian bersama di antara pihak-pihak yang bersengketa atau mempunyai perbedaan kepentingan.
Tujuan dari negosiasi adalah mengatasi atau menyesuaikan perbedaan untuk memperoleh sesuatu dari pihak lain (yang tidak dapat dipaksakan). Negosiasi dilakukan untuk mencapai kesepakatan yang dapat diterima kedua belah pihak dalam melakukan transaksi atau perselisihan pendapat.
Jenis Teks Negosiasi Berdasarkan Bentuknya
1. Bentuk Lisan
Berupa dialog atau drama dan dikemas dalam pola penyajian lisan atau mengandung dialog. Contohnya dapat ditemui pada percakapan sehari-hari. Misalnya, percakapan antara penjual dan pembeli di pasar.
2. Bentuk Gabungan antara Narasi dan Dialog
Berupa cerpen yang mengandung negosiasi antartokoh di dalamnya.
3. Bentuk Tulisan
Berupa surat penawaran kerja sama, surat penawaran barang, atau surat permintaan barang.
1. Contoh Teks Negosiasi Bertema Pendidikan
Ayah: “Nak, ke sini. Ayah mau bicara.”
Anak: “Ada apa, Yah?”
Ayah: “Apa rencanamu ke depan setelah lulus SMP, Nak?”
Anak: “Oh, aku ingin masuk sekolah kejuruan, Yah.”
Ayah: “Kejuruan? Gak salah Nak? Kenapa gak ke SMA saja? Nanti kamu bisa kuliah dengan pilihan yang terbaik.”
Anak: “Aku ingin segera mengembangkan bakat mekanikku, Yah. Lagian setelah tamat SMK kan bisa kuliah juga.”
Ayah: “Iya, tapi nanti kamu akan kesulitan kalau mau kuliah karena jurusannya terbatas dan kemampuan akademiknya juga kurang siap. Jadi, Ayah sarankan ke SMA saja, ya!”
Anak: “Waduh, Ayah gimana, sih. Emangnya Ayah yang mau sekolah? Lagian kalo nanti gak kuliah, aku langsung bisa kerja di perusahaan otomotif.”
Ayah: “Masa, zaman sekarang tidak kuliah? Apa kata orang?”
Anak: “Ayah tenang saja, semuanya sudah aku pikirkan. Ayah doakan saja biar aku mudah meraih cita-cita.”
Ayah: “Ya, sudahlah kalau itu mau kamu, tapi nanti malam kamu pikirkan lagi, ya.”
Anak: “Iya, yah.”
2. Contoh Teks Negosiasi antar Teman
Rani: “Rin, kayaknya uang aku masih di kamu seratus ribu, yah? Boleh aku minta nggak?”
Rina: “Iya, Ran. Aku masih punya hutang ke kamu seratus ribu. Tapi kalau sekarang aku belum bisa ganti.”
Rani: “Terus kamu bisanya ganti kapan? Aku mau beli cat lukis, Rin. Cat lukisku ada beberapa yang habis.”
Rina: “Mungkin aku baru bisa kembaliin minggu depan. Kalau sekarang aku baru ada setengahnya, Ran. Lima puluh ribu aja.”
Rani: “Yah, kalau segitu cuma bisa buat beli tiga warna aja, Rin. Padahal cat aku yang habis ada sekitar tujuh warna.”
Rina: “Memangnya warna apa aja yang habis? Mungkin kamu bisa pakai punyaku dulu kalau memang lagi butuh banget.”
Rani: “Warna ungu, kuning, tosca, coklat tua, oren wortel, merah, sama biru laut. Memang kamu ada?”
Rina: “Tunggu sebentar.”
(Rina mengeluarkan beberapa cat miliknya dari tas.)
Rina: “Aku ada warna ungu masih utuh, kamu beli aja potong hutang, hehe. Terus warna merah sama biru juga masih ada setengah. Kamu pakai aja. Tapi, aku ganti uangnya minggu depan, ya?”
Rani: “Beneran nggak apa-apa aku pakai dulu?”
Rina: “Iya, Ran. Pakai aja.”
Rani: “Gini aja deh. Ini warna ungu yang utuh aku beli.”
Rina: “Warna lainnya tadi, kamu pakai aja tidak apa-apa. Karena cuma setengah, jadi nggak usah diganti.”
Rani: “Yaudah deh. Kalau gitu minggu depan kamu kembaliin uangku tujuh puluh ribu aja.”
Rina: “Oke siap!”
baca juga: peringatan hari sastra nasional
3. Contoh Teks Negosiasi Bertema Lingkungan
Sudah tiga tahun lebih warga Dusun Sejahtera berjuang untuk menyelamatkan sumber mata air yang terletak di desanya. Perjuangan panjang tersebut bermula ketika sebuah perusahaan properti mulai membangun hotel di kawasan sumber mata air tersebut. Sumber air Panguripan menjadi tumpuan hidup tidak hanya bagi enam ribu warga Desa Sejahtera, tetapi juga bagi puluhan ribu warga desa sekitarnya. Sumber air Panguripan menjadi penyedia air bersih untuk dikonsumsi sekaligus untuk memenuhi pengairan sawah bagi puluhan hektare sawah. Bila pembangunan hotel itu diteruskan, sumber air Panguripan akan mati.
Meskipun beberapa kali didemo warga, pihak pengembang tetap bersikukuh melanjutkan pembangunannya.
Akhirnya, Pak Lurah membentuk tim yang akan mewakili warga untuk menuntut pengembang hotel PT Mulya Jaya agar menghentikan pembangunan hotel tersebut. Tim penyelamat Panguripan diterima Direktur PT Mulya Jaya, Edy, di ruangannya.
Edy: “Silakan duduk Bapak dan Ibu. Selamat pagi. Boleh saya tahu Bapak dan Ibu ini berasal dari mana?“
Kepala Desa: “Saya Arifin, Pak. Kepala Desa Sejahtera. Ini Bu Suci, sekretaris desa, dan satu lagi Pak Rahmat, salah satu tokoh masyarakat yang ditunjuk oleh mewakili warga desa kami.”
Edy: “Terima kasih atas kedatangan Bapak dan Ibu ke kantor saya. Dengan senang hati, sebagai direktur saya akan mendengarkan aspirasi warga demi kebaikan bersama.”
Edy: “Begini, Bapak dan Ibu. Dalam pertemuan dengan warga desa beberapa waktu lalu, bukankah sudah disepakati bahwa pihak investor akan tetap melanjutkan pembangunan hotel dan berjanji akan tetap menjaga kelestarian sumber air Panguripan. Jadi, ada masalah apa lagi?”
Warga I: “Bagaimana mungkin kelestarian sumber airnya dapat dijaga, Pak? Pembangunan hotel tepat di atas mata air tersebut pasti akan mematikan mata airnya. Awalnya, karena pembangunan hotel tersebut akan menuntut ditebangnya pepohonan di sana, daerah resapan air akan berkurang. Hal ini mengancam kelestarian mata air kami.”
Warga II: “Sekali lagi saya tegaskan, Pak. Kami tidak akan pernah menyetujui pembangunan hotel atau apa pun di atas sumber mata air, sumber penghidupan kami itu!”
Kepala Desa: “Sabar dulu, Pak Rahmat. (Sambil memegang pundak Pak rahmat). Benar, Pak, kami belum pernah menyetujui dan tidak akan pernah menyetujui kesepakatan itu, Pak. Bagi kami, sumber mata air Panguripan adalah gantungan kehidupan kami. Tak hanya untuk makan dan minum, sawah kami juga membutuhkan air.”
Warga II: “Kami selamanya akan terus menolak pembangunan hotel tersebut! Bahkan, kami akan bertindak lebih keras bila tuntutan kami tidak segera dipenuhi!“
Edy: “Bapak dan Ibu jangan khawatir. Sebenarnya, Wali Kota sudah mengeluarkan surat perintah penghentian pembangunan hotel.”
Warga I: “Kalau begitu tunggu apalagi?”
Edy: “Masalahnya, saya masih mencari lahan pengganti. Bagaimanapun saya tidak mau kehilangan kesempatan bisnis di kota ini.”
Kepala desa: “Bila benar demikian, sebagai kepala desa, saya akan membantu Bapak menemukan lahan baru yang tidak terlalu jauh dari sumber Panguripan.”
Edy: “Kalau memang Pak Lurah bisa mengusahakannya, saya akan sangat berterima kasih. Hari ini juga saya akan memerintahkan anak buah saya untuk menghentikan pembangunan hotelnya.”
Kepala Desa: “Terima kasih atas kerja sama ini.“
Edy: “Saya juga berterima kasih karena Pak Lurah berhasil menghentikan demo warga.”
“Terima kasih, Pak.”
4. Contoh Teks Negosiasi Bertema Sosial
Calon penghuni kost: “Setelah saya lihat-lihat kamarnya, saya rasa cocok, Bu.”
Ibu kost: “Baik, jadi harga per bulannya satu juta rupiah dan minimal sewanya tiga bulan.”
Calon penghuni kost: “Kalau sewa satu bulan dulu apa tidak boleh, Bu?”
Ibu kost: “Wah, belum bisa tuh, Mbak. Aturan memang sudah seperti itu.”
Calon penghuni kost: “Saya berniat bersama dua teman saya mau pindah ke kost ini, Bu. Tapi kalau ternyata tidak bisa per bulan sewanya ya tidak jadi.”
Ibu kost: “Begini saja, sewa pertama langsung tiga bulan. Nanti setelah itu baru boleh per bulan bayar sewanya. Bagaimana?”
Calon penghuni kost: “Sejujurnya saya sudah sangat cocok dengan kost ini dan semua fasilitasnya. Tapi agaknya berat kalau langsung tiga bulan, Bu. Kan saya juga bawa dua teman saya lainnya. Pasti akan lebih menguntungkan Ibu, hehe.”
(hening sebentar)
Ibu kost: “Yasudah begini saja. Saya beri penawaran boleh bayar sewanya boleh dua bulan dulu. Kalau satu bulan belum boleh karena waktunya terlalu sebentar. Kalau untuk penghuni lain belum boleh loh, Mbak. Ini karena Mbaknya bawa dua teman jadi saya perbolehkan. Bagaimana?”
Calon penghuni kost: “Boleh deh, Bu. Dua bulan tidak apa-apa.”
Ibu kost: “Berarti deal, ya?”
Calon penghuni kost: “Iya, Bu. Ini saya kabari dulu teman-teman saya.”
Ibu kost: “Nanti proses pembayarannya diurus pas sudah mau masuk, ya.”
Calon penghuni kost: “Iya, Bu. Terima kasih.”
5. Contoh Teks Negosiasi antar Teman
Rani: “Rin, kayaknya uang aku masih di kamu seratus ribu, yah? Boleh aku minta nggak?”
Rina: “Iya, Ran. Aku masih punya hutang ke kamu seratus ribu. Tapi kalau sekarang aku belum bisa ganti.”
Rani: “Terus kamu bisanya ganti kapan? Aku mau beli cat lukis, Rin. Cat lukisku ada beberapa yang habis.”
Rina: “Mungkin aku baru bisa kembaliin minggu depan. Kalau sekarang aku baru ada setengahnya, Ran. Lima puluh ribu aja.”
Rani: “Yah, kalau segitu cuma bisa buat beli tiga warna aja, Rin. Padahal cat aku yang habis ada sekitar tujuh warna.”
Rina: “Memangnya warna apa aja yang habis? Mungkin kamu bisa pakai punyaku dulu kalau memang lagi butuh banget.”
Rani: “Warna ungu, kuning, tosca, coklat tua, oren wortel, merah, sama biru laut. Memang kamu ada?”
Rina: “Tunggu sebentar.”
(Rina mengeluarkan beberapa cat miliknya dari tas.)
Rina: “Aku ada warna ungu masih utuh, kamu beli aja potong hutang, hehe. Terus warna merah sama biru juga masih ada setengah. Kamu pakai aja. Tapi, aku ganti uangnya minggu depan, ya?”
Rani: “Beneran nggak apa-apa aku pakai dulu?”
Rina: “Iya, Ran. Pakai aja.”
Rani: “Gini aja deh. Ini warna ungu yang utuh aku beli.”
Rina: “Warna lainnya tadi, kamu pakai aja tidak apa-apa. Karena cuma setengah, jadi nggak usah diganti.”
Rani: “Yaudah deh. Kalau gitu minggu depan kamu kembaliin uangku tujuh puluh ribu aja.”
Rina: “Oke siap!”
6. Contoh Teks Negosiasi Jual Beli Sepatu
Penjual: "Halo, kak. Ada yang bisa saya bantu?”
Pembeli: "Iya, ada, kak. Saya mau membeli sneakers model ini, ukuran 40, warna putih, kak. Apa stoknya masih ada?”
Penjual: "Oke, sebentar ya, kak. Saya bantu cari barangnya.”
Penjual: "Permisi, kak. Kebetulan untuk stok sepatu warna putih ukuran 40 nya kosong. Kalau kakak mau, untuk ukuran 40, kita ada stok warna hitam dan cream."
Pembeli: "Mmm... Boleh saya lihat warna creamnya, kak?"
Penjual: "Boleeeh. Sebentar, saya ambilkan ya, kak."
Penjual: "Ini kak warna creamnya."
Pembeli: "Warnanya lebih lucu, ya. Ya sudah kak, saya ambil yang warna ini saja. Kalau boleh tahu, harganya berapa ya, kak?"
Penjual: "350 ribu, kak. Tapi, kita lagi ada diskon 20% untuk model ini."
Pembeli: “Waaahh, kalau begitu, boleh kak."
Penjual: "Baik, kak. Saya buatkan notanya ya. Untuk pembayarannya bisa di kasier nomor 1."
Pembeli: "Terima kasih, kak."
Penjual: "Sama-sama."
7. Contoh Teks Negosiasi 4 Orang
Pada suatu siang, murid-murid kelas 10 IPA 1 diminta membentuk kelompok yang beranggotakan 4 orang untuk mempresentasikan materi yang diberikan ibu guru. Intan, Yonas, Jeffry, dan Made tergabung dalam satu kelompok dan langsung berdiskusi.
Intan: “Hai, senang bisa satu kelompok dengan kalian. Jadi, bagaimana kita mau mengerjakan tugas ini?”
Jeffry: “Halo juga semuanya. Kebetulan kelompok kita diminta untuk membuat booklet untuk ditampilkan di pameran literasi pekan depan, nih.”
Yonas: “Hmm... kurang lebih kita punya waktu satu minggu. Kita perlu membagi tugasnya supaya booklet-nya cepat selesai.”
Made: “Bagaimana kalau 1 orang menyusun materi, 2 orang mendesain booklet, dan 1 orang mengedit materi?”
Jeffry: “Saran aku sih, sebaiknya 2 orang saja yang menyusun materi. Karena kalau cuma 1 orang, bebannya jauh lebih berat, dibanding yang tugasnya hanya edit materi. Nanti, mereka bisa saling mengedit materi bersama.”
Intan: “Yap! Aku setuju. Kalau sendirian pasti juga bakal lama karena butuh riset-riset juga.”
Made: “Oke, siapa yang mau menyusun materi dan mendesain booklet? Kalau aku pribadi, aku nggak bisa mendesain, jadi aku mau menyusun materi saja. Hehehe...”
Intan: “Aku mau menyusun materi juga bareng Made.”
Jeffry: “Eh, aku nggak bisa desain booklet.”
Intan: “Tenang, Yonas kan jago ilustrasi dan desain. Nanti bisa saling membantu kalian.”
Yonas: “Iya, Jeff. Santai...”
Jeffry: “Oh ya? Baiklah, mohon bantuannya ya Nas saat mengerjakan desain. Aku masih newbie. Hehehe”
Yonas: “Tenang saja, nggak perlu khawatir. Kita semua akan saling membantu kalau ada yang kesulitan. Tinggal berkabar saja.”
Jeffry: “Oke.”
Intan: “Oke deh! Tugas-tugasnya sudah bisa dicicil dari sekarang ya, gais. Made, ayo kita riset-riset materinya terlebih dahulu.”
Made: “Ayo, kami berdua ke perpus dulu ya. Sampai ketemu lagi!”
Intan dan Made bergegas menuju perpustakaan untuk mencari referensi materi. Sedangkan Jeffry dan Yonas memutuskan untuk berdiskusi menentukan tema booklet yang sesuai dengan materi.
8. Contoh Teks Negosiasi 3 Orang
Shasa: “Hari ini kita jadi kerja kelompok di mana, gais?”
Hani: “Di rumahku saja bagaimana? Kebetulan rumahku nggak jauh dari sekolah. Jadi, pulang sekolah nanti bisa langsung mengerjakan tugas.”
Nanda: “Boleh, Han. Tapi, aku nggak bisa lama-lama. Karena jam 5 aku ada les Bahasa Inggris.”
Shasa: “Ya sudah, kalau begitu, kita bagi-bagi tugas saja. Jadi, pengerjaannya jauh lebih cepat.”
Hani: “Ide yang bagus, tuh!”
Shasa: “Karena tema makalahnya sudah dibagikan sama bu guru, kita tinggal susun bab pendahuluan, isi dan penutupnya saja.”
Nanda: “Aku bagian pendahuluan deh. Jadi, kalau waktunya mepet, aku izin pulang duluan ya, gais. Nggak masalah, kan?”
Hani: “Boleh. Shasa mau bagian apa? Isi atau penutup?”
Shasa: “Hmm... Aku bagian isi nggak papa, Han. Nanti kamu bagian penutup sekaligus edit dan print makalahnya ya?”
Hani: “Oke, nggak masalah kalau itu.”
Nanda: "Oke, sampai bertemu pulang sekolah nanti, ya!”
Hani: “Siap!”
9. Contoh Teks Negosiasi Liburan Keluarga
Ayah: "Bagaimana bu rencana liburan kita ke Puncak? Apakah anak-anak setuju?"
Ibu: "Ibu sudah bicara ke anak-anak, yah. Cuma kakak usul liburannya diganti ke pantai saja. Soalnya kita sudah sering liburan ke puncak. Tapi, adik minta jalan-jalan ke taman bermain."
Ayah: "Aduh, bagaimana ya? Dua-duanya minta jalan-jalan ke tempat yang berbeda. Ayah jadi bingung."
Ibu: "Hmm... Begini saja yah, bagaimana kalau kita cari lokasi taman bermain yang dekat pantai."
Ayah: "Betul juga, bu. Kalau kita liburan ke Dufan bagaimana? Lokasinya lumayan dekat dengan pantai Ancol."
Ibu: "Boleh, yah. Coba nanti ibu sampaikan ke anak-anak ya, mereka setuju atau tidak."
Ayah: "Oke, bu."
Penjual: "Ada Mas, ini Mas, ada beberapa pilihan warna."
Pembeli: "Berapa harganya mas untuk yang warna abu-abu ini?"
Penjual: "Semua warna harganya sama, Rp13.150.000."
Pembeli: "Harganya boleh kurang enggak mas?"
Penjual: "Paling pasnya Rp12.689.000."
Pembeli: "Boleh dikurangi lagi enggak mas?"
Penjual: "Wah, harga segitu rasanya tidak bisa."
Pembeli: "Baiklah Mas, saya setuju, ini uangnya."
Penjual: "Baik Mas, kalau begitu saya siapkan barangnya."